Tulisan Pena diawal Tahun 2020

Pada bulan Desember, tepatnya diwaktu libur semester kenaikan kelas kami berkunjung ke sodara yang berada di luar kota tepatnya kota Cilacap, karena bapa adalah sosok yang penyayang dan sifat kekeluargaannya sangat melekat pada dirinya, walaupun jauh tetap ingin mengunjunginya karena memang putri dari sodara itu akan menikah pada tanggal yang tidak bisa kami datangi, maka kami datang lebih awal dari hari resepsinya. Tibanya di sana kami disambut dengan baik, mereka bercengkrama, bercerita, mengenang masa-masa kecilnya dulu, karena bapa pada masa sekolahnya tinggal di mbah buyut yang berada di Kulonprogo Jawa Tengah, terlihat begitu bahagia dengan pertemuan singkat itu, keesokan harinya tidak sampai dzuhur kami pamit undur pulang kembali karena, di tengah perjalanan ada pembicaraan akan melanjutkan perjalanan menuju kampung halamannya bapa, tapi setelah dibicarakan akhirnya kita putuskan untuk pulang ke rumah. Setibanya di rumah kami beristirahat untuk memulihkan rasa lelah cukup dengan santai -santai di rumah, keesokan harinya saya berdua dengan suami berjalan ke suatu tempat dimana suku baduy berada, dengan tujuan ingin tahu daerah dan penduduk itu berada, walaupun masih satu daerah dan tidak menghabiskan waktu berjam-jam menuju ke daerah itu saya belum pernah mendatanginya, pada kesempatan berlibur itu saya kunjungi walaupun hanya beberapa kampung saja. Setidaknya saya tidak terlalu gelap untuk menjelaskan keberadaan dan posisi letak daerah baduy itu berada. Sangat luarbiasa indah dan keasriannya masih tetap dijaga, Sesampainya di rumah leuit saya angkat tangan karena sudah tidak sanggup untuk meneruskan perjalanan yang masing sangat jauh menuju baduy dalemnya, dengan perlahan kembali ke arah pulang dan di sebuah rumah penduduk itu saya ikut istirahat sejenak sebelum tiba ke terminal cibeo dimana kendaraan berada. Sebelum Asharpun saya sudah berada di rumah dengan sambut pertanyaan demi pertanyaan dari putra dan putri kami, "ibu ko baru pulang? " Jadinya kamana? Jadi beli duren atau ke baduy? " Diceritakan perjalanannya kemana saja, menyimak cerita kami merekapun ingin sekali menjelajah desa badut. Keesokan harinya tepatnya di hari Senin kami berkunjung ke rumah sodara yang berada di muncang untuk sekedar main dan mencari duren yang sedang musim saat itu, didapatinya duren yang begitu legit dan manis sehingga kami ingin membawanya untuk pulang, duren yang dibawa dibikinlah cemilan ciri khas Sunda yaitu oblang (kinca pakai ketan)selain cemilan keluarga tak lupa pula untuk dibagi ke tetangga. 
Malam menjelang tahun baru saya dengan putri saya berdua di rumah karena ayahnya dan si bungsu pergi untuk nengokin umi, dengan menggunakan kendaraan beroda dua dengan tujuan supaya tidak terjebak macet, ampir tiga jam menunggu, alhamdulillah dapat kabar tiba dengan selamat, malampun tiba, ujan yang tak kunjung reda sepanjang malam membuat saya tak bisa kemana-mana, namun demikian membuat betah berada di rumah, tak ada perasaan dan kepikiran apapun, halnya malam-malam biasa, saya melakukan aktivitas seperti biasa sebagai ibu rumah tangga dikala libur, merapihkan pekerjaan rumah yang tertunda. Malam semakin larut, rasa kantukpun sudah tak bisa tertahan lagi tak sabar ingin menjemput mimpi yang indah, kupejamkan mata dengan berpasrah kepada Allah SWT dengan harapan semoga dibangunkan dijam yang biasa untuk melaksanakan kwajiban tepat waktu, setelah melaksanakan sholat subuh rutinitas yang pertama dilakukan adalah membereskan rumah, halaman rumah, karena kondisinya masih diselimuti gemericik ujan yang tak sanggup untuk membuka pintu karena udara yang masih dingin, ditengah mengerjakan pekerjaan begitu jelasnya terdengar suara yang sungguh membuatku harus beranjak ke tempat suara itu berada, dengan jarak 20 km dari rumah terlihat dari garasi begitu tingginya gumpalan air sehingga meliputi atap rumah yang berada di pinggir sungai ciberang itu, dengan melihat luapan air seperti itu rasanya hati ini tak sanggup untuk berada di dalam rumah, keluarlah dengan hati yang cemas, sudah terbayangkan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi, setelah melihat situasi di luar dan ngobrol dengan tetangga depan dan samping kebetulan adek sendiri, begitu masuk rumah,smua barang yang berharga sudah dimasukkan ke dalam tas sampai TV pun saya bawa karena saat itupun sudah berpikir jika kejadian yang tidak kita inginkan terjadi, Pada pukul 06.00 pagi saya mengungsi ke atas, dataran yang lebih tinggi dari rumah saya suka memanggil atas ke tempat itu, selesai memindahkan barang selang sekitar lima menit saya kembali ke rumah dengan tujuan ingin mengangkut barang yang bisa saya ambil, sesampainya di tanjakan terlihat air sudah nyampai di bawahnya, begitu cepat pergerakannya, saya hanya bisa terdiam seribu bahasa dan ingin menjeritpun rasanya tak bisa, hanya air mata yang tak terbendung rasa hati yang begitu terasa hancur melihat rumah yang dibangun dari nol, Sebelum hati ini sadar smua ini atas kehendakNYA, karena pada saat itu hanya rasa shock dan seakan dunia ini akan runtuh, luapan sungai itu dua kali menerjang rumah dan sekitar Bantaran kali ciberang, yang ke dua kalinya kami ngungsi ke dataran yang lebih tinggi dengan harapan tidak akan terkejar air luapan sungai, bukan kami saja yg terkena banjir bandang yang merasakan betapa takutnya saat itu karena tiang listrikpun tergoyangkan oleh hantaman arus air yang begitu kencang sehingga kami berhamburan mencari tempat untuk menyelamatkan diri, hujanpun masih belum reda sehingga membuat kami makin terasa mencekam, 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

NARATIVE TEXT

To be & Tenses

Mangga hijau nan segar